Semesta Asing
Tiktok
tiktok bismillah … masih dalam minggu minggu sebelumnya, minggu yang sama di
mana resolusi pada alamat dunia maya masih saling bertautan. Blog … Ya semua
tentang menulis. Ini minggu keempat saya menulis untuk kehidupan yang lebih
baik (?) hehe … tidak perlu panjang lebar berbasa basi, di minggu keempat ini
saya akan melanjutkan tulisan saya di minggu lalu “Semesta Pertama”
Setelah
diumumkan 4 tim yang lolos dari region Palangka Raya ke babak semifinal, di
antaranya 2 tim dari smada tentu kami semua harus bekerja keras untuk bersaing
untuk tahap selanjutnya. Kali ini semua pesertanya dalam region nasional. Kami
harus berhadapan dengan tim-tim lain dari luar region kami. Tentu saja mereka
semua yang ada di luar jauh lebih hebat, lebih professional, lebih mapan, lebih
jenius. Ini tidak bisa dihindari walau jujur saya sempat takut untuk
berkompetisi tingkat nasional di babak semifinal ini. Ya harus kami lewati kami
hadapi sepenuh hati dengan segenap kemampuan yang ada pada kami.
Persiapan
demi persiapan terus kami jalani. Kami … saya, Rio, Rizky dan Vitalis terus belajar mempersiapkan apa
yang akan diterjang di depan sana, berhadapan dengan tim-tim kuat yang berada
di luar pulau Kalimantan. Tidak, ini tidak seperti perlombaan olimpiade
matematika biasa. Yaa ini adalah statistika di babak semifinal. Buku yang harus
dipersiapkan adalah buku khusus statistika yang hanya bisa didapatkan di kampus
sebagai buku paket atau diktat bagi mahasiswa. Kali ini perlombaan
diperbolehkan menggunakan kalkulator. Saya sempat bingung, mengapa
diperbolehkan ? dalam suatu sudut pandang artinya soal-soal yang akan kami
kerjakan nanti tidak hanya menghitung. Ya bisa dibilang menghitung hanya proses
sepele saja, karena pakai kalkulator mungkin soal yang akan kami kerjakan nanti
adalah basic nya soal-soal logika dan analisis sebagai seorang statistikawan
yang membaca grafik dan menyusun data. Hitung menghitungnya hanya sebagai proses
pertama, setelah mendapatkan data angka yang dibaca oleh kalkulator, maka kita
menganalisisnya. Mungkin (?) begitulah gambaran sementara kami berempat
membayangkannya.
Hari
demi hari kami terus belajar seluk beluk statistika, banyak sumber yang kami
telusuri untuk persiapan. Ternyata dan ternyata, di semifinal ini setiap tim
dari masing-masing region juga harus menyiapkan mading bertajuk statistika
untuk dipamerkan di ITS Surabaya. Kami sempat bingung, di saat kami harus
mempersiapkan diri kami juga harus membuat mading. Mading itu bisa 2D ataupun
3D. Tidak ada waktu untuk membuat mading karena kesibukan mempersiapkan diri
secara akademik. Karena itu, kami dan pihak sekolah pun meminta tolong kepada
salah satu rekan smada yang pandai menggambar. Ia pun telah berprestasi sampai
nasional untuk bidangnya ini. Fix Beban berkurang.
Singkat
cerita, hari keberangkatan pun tiba. Berangkatlah Kami berempat di dampingi
oleh salah satu staf Pembina olimpiade smada yang sangat popular, Pak Giyanto
atau akrabnya dipanggil Mastok. Di bandara, kami melihat hasil babak penyisihan
kemarin dari semua regional dari handphone Rizky. Kami melihat, Rata-rata di
pulau jawa nilai babak penyisihannya berkisar 200an, dan yang 150an gugur
tersisih karna saking banyaknya yang nilainya berkisar 200. Sementara nilai di
region Palangka Raya, nilai 4 tim yang lolos ke babak semifinal hanya berkisar
80an saja. What the fact ! dari sana saya melihat sisi positif melihat nilai
kami yang hanya 80an itu… 80an bukan nilai yang menjadi juru kunci. Yaa mungkin
juru keamanan berseragam putih dengan kumis dan pentungan -__-. Ya posisi kami hampir terbawah. Ya kami
semua hanya bisa menghela nafas dan tetap berlomba apapun nanti hasilnya X) .
Ya jujur saya tidak menaruh harapan untuk bisa menang, kami semua berpikir
begitu. Kami berpikir.. agar sebisa mungkin untuk tidak menjadi juru kunci.
Menyedihkan
Sampailah
kami di Surabaya. Kami langsung ke asrama haji Surabaya, menginap di sana.
Kamar-kamar beserta printout nama yang akan menempati di kamar telah di tempel
di masing-masing pintu. Saya menemukan kamar saya. Rio dan Rizky terpisah dari
saya, mereka satu kamar yang berjarak beberapa pintu kamar dari kamar saya.
Saya
orang pertama yang masuk dalam kamar lalu memilih tempat tidur. Beberapa saat,
seseorang masuk dalam kamar saya, tak salah lagi ia salah satu peserta. Dan dia
CEWEK. Wah beneran ya saya satu kamar dengan cewek ? -__- ia juga sempat
bingung dan melihat lagi di pintu pada susunan nama printout seraya
menggaruk-garuk kepalanya. Tidak salah, di sana ada namanya. Tidak lama setelah
itu, seorang peserta juga masuk dalam kamar saya. Dan ia cewek lagi. Mereka
bingung, saya lebih bingung. Datang lagi peserta baru, lagi-lagi cewek. Kami
sama-sama sungkan dalam kebingungan karena merasa saling asing. Kok bisa ya ?
menyenangkan sekali babak semifinal ini…hahahaha ! dan setelah itu masuk lagi
seorang peserta, iya cewek lagi, tapi kali ini dia dengan tebal muka nyeletok keras
sekali “eh kok ada cowok sih di sini !??”. Krik krik menatap mereka dengan
poker face -____-. Setelah saya lihat printout di depan kamar, saya baru sadar
kalau semua nama-nama yang ada di sana adalah nama cewek.. semuanya . what the
name ! nama saya terjebak di antara nama-nama cewek -_- Panitia salah mengira.
Kak, Ritsy Amansa itu cowok plis saya udah bosan mendengar guru yang mengabsen
nama saya penuh dengan ke-typo-an menjadi “risty Amanda” dan lelah mendengar
kalimat seperti “oh ritsy ini cowok ya? Saya kira cewek” dan sekarang salah
kamar dan menerima kalimat dari salah seorang cewek “kok ada cowok sih di sini
!?” dengan kerasnya +_+. Oke saya dipindahkan. Goodbye ladies goodbye happiness
:’)
Saya
berkemas-kemas dari kamar semula tadi, dan pindah ke kamar ujung. Di dalam
kamar sudaha da 3 orang peserta cowok. Begitu saya masuk kamar, kreekk masuk
kamar lalu …suasana hening. Iya hening sekali. Entah kenapa saya jadi takut +_+
suasana tidak serenyah di kamar cewek tadi. Sekilas saya melihat salah satu
cowok duduk cool di kasurnya membaca buku. Putih, kacamata, rambut keras
berdiri, sorot mata sinis, bengis. Dia layaknya psikopat berdarah dingin yang
sedang melihat buku target korban mutliasi dan ketika ia menjalankan misinya,
ia akan membunuh tanpa suara dan tanpa jejak di suatu malam yang hening.
Mengerikan -_-. Saya berkenalan dan berjabat tangan dengan mereka sambil
tersenyum renyah.. yahh tidak sepenuhnya bisa dibilang berkenalan sih
sebenarnya karena begitu mereka menyebutkan nama, saya langsung buyar dan lupa
nama mereka , lagi …gaya berkenalan mereka formal bangeeett dan setelah
berkenalan suasana kembali hening dan dingin. Mereka kembali ke dunia
masing-masing terlebih si psikopat cool membaca kembali buku target korbannya. Saya memilih salah satu ranjang yang masih
kosong, menata-nata perlengkapan yang saya bawa. Nah karena tidak ada kerjaan,
saya sambil bersantai sedikit menikmati ranjang. Sedikit-sedikit sambil saya
lihat mereka cowok-cowok yang ada dalam satu ruangan itu. Mereka sangat sibuk
membaca dan belajar, terlebih si psikopat berdarah cool itu. Saya cemas, lalu
mengeluarkan buku khusus statistika juga dan sok membaca dan menganalisis
rumus-rumus padahal saya tidak begitu mengerti -_-. Suasana masih hening dan
dingin. Mengapa saya harus satu kamar dengan mereka yang sok cool begini --“
Inilah
dunia di luar semesta yang sehari-sehari saya pijaki. Inilah orang-orang yang
hidup di dalamnya. Inilah kekuatannya. Saya harus lebih bisa melihat secara
dewasa dan berani kepada semesta lain. Harus lebih siap untuk semua hal-hal
yang dirasa baru. Perjuangan tidak berhenti pada satu semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar