Jumat, 30 Januari 2015

Semesta Perjuangan dalam Putih Abu-abu (Part 2)

                                                    Semesta Asing
Tiktok tiktok bismillah … masih dalam minggu minggu sebelumnya, minggu yang sama di mana resolusi pada alamat dunia maya masih saling bertautan. Blog … Ya semua tentang menulis. Ini minggu keempat saya menulis untuk kehidupan yang lebih baik (?) hehe … tidak perlu panjang lebar berbasa basi, di minggu keempat ini saya akan melanjutkan tulisan saya di minggu lalu “Semesta Pertama”
Setelah diumumkan 4 tim yang lolos dari region Palangka Raya ke babak semifinal, di antaranya 2 tim dari smada tentu kami semua harus bekerja keras untuk bersaing untuk tahap selanjutnya. Kali ini semua pesertanya dalam region nasional. Kami harus berhadapan dengan tim-tim lain dari luar region kami. Tentu saja mereka semua yang ada di luar jauh lebih hebat, lebih professional, lebih mapan, lebih jenius. Ini tidak bisa dihindari walau jujur saya sempat takut untuk berkompetisi tingkat nasional di babak semifinal ini. Ya harus kami lewati kami hadapi sepenuh hati dengan segenap kemampuan yang ada pada kami.
Persiapan demi persiapan terus kami jalani. Kami … saya, Rio, Rizky  dan Vitalis terus belajar mempersiapkan apa yang akan diterjang di depan sana, berhadapan dengan tim-tim kuat yang berada di luar pulau Kalimantan. Tidak, ini tidak seperti perlombaan olimpiade matematika biasa. Yaa ini adalah statistika di babak semifinal. Buku yang harus dipersiapkan adalah buku khusus statistika yang hanya bisa didapatkan di kampus sebagai buku paket atau diktat bagi mahasiswa. Kali ini perlombaan diperbolehkan menggunakan kalkulator. Saya sempat bingung, mengapa diperbolehkan ? dalam suatu sudut pandang artinya soal-soal yang akan kami kerjakan nanti tidak hanya menghitung. Ya bisa dibilang menghitung hanya proses sepele saja, karena pakai kalkulator mungkin soal yang akan kami kerjakan nanti adalah basic nya soal-soal logika dan analisis sebagai seorang statistikawan yang membaca grafik dan menyusun data. Hitung menghitungnya hanya sebagai proses pertama, setelah mendapatkan data angka yang dibaca oleh kalkulator, maka kita menganalisisnya. Mungkin (?) begitulah gambaran sementara kami berempat membayangkannya.
Hari demi hari kami terus belajar seluk beluk statistika, banyak sumber yang kami telusuri untuk persiapan. Ternyata dan ternyata, di semifinal ini setiap tim dari masing-masing region juga harus menyiapkan mading bertajuk statistika untuk dipamerkan di ITS Surabaya. Kami sempat bingung, di saat kami harus mempersiapkan diri kami juga harus membuat mading. Mading itu bisa 2D ataupun 3D. Tidak ada waktu untuk membuat mading karena kesibukan mempersiapkan diri secara akademik. Karena itu, kami dan pihak sekolah pun meminta tolong kepada salah satu rekan smada yang pandai menggambar. Ia pun telah berprestasi sampai nasional untuk bidangnya ini. Fix Beban berkurang.
Singkat cerita, hari keberangkatan pun tiba. Berangkatlah Kami berempat di dampingi oleh salah satu staf Pembina olimpiade smada yang sangat popular, Pak Giyanto atau akrabnya dipanggil Mastok. Di bandara, kami melihat hasil babak penyisihan kemarin dari semua regional dari handphone Rizky. Kami melihat, Rata-rata di pulau jawa nilai babak penyisihannya berkisar 200an, dan yang 150an gugur tersisih karna saking banyaknya yang nilainya berkisar 200. Sementara nilai di region Palangka Raya, nilai 4 tim yang lolos ke babak semifinal hanya berkisar 80an saja. What the fact ! dari sana saya melihat sisi positif melihat nilai kami yang hanya 80an itu… 80an bukan nilai yang menjadi juru kunci. Yaa mungkin juru keamanan berseragam putih dengan kumis dan pentungan  -__-. Ya posisi kami hampir terbawah. Ya kami semua hanya bisa menghela nafas dan tetap berlomba apapun nanti hasilnya X) . Ya jujur saya tidak menaruh harapan untuk bisa menang, kami semua berpikir begitu. Kami berpikir.. agar sebisa mungkin untuk tidak menjadi juru kunci. Menyedihkan
Sampailah kami di Surabaya. Kami langsung ke asrama haji Surabaya, menginap di sana. Kamar-kamar beserta printout nama yang akan menempati di kamar telah di tempel di masing-masing pintu. Saya menemukan kamar saya. Rio dan Rizky terpisah dari saya, mereka satu kamar yang berjarak beberapa pintu kamar dari kamar saya.
Saya orang pertama yang masuk dalam kamar lalu memilih tempat tidur. Beberapa saat, seseorang masuk dalam kamar saya, tak salah lagi ia salah satu peserta. Dan dia CEWEK. Wah beneran ya saya satu kamar dengan cewek ? -__- ia juga sempat bingung dan melihat lagi di pintu pada susunan nama printout seraya menggaruk-garuk kepalanya. Tidak salah, di sana ada namanya. Tidak lama setelah itu, seorang peserta juga masuk dalam kamar saya. Dan ia cewek lagi. Mereka bingung, saya lebih bingung. Datang lagi peserta baru, lagi-lagi cewek. Kami sama-sama sungkan dalam kebingungan karena merasa saling asing. Kok bisa ya ? menyenangkan sekali babak semifinal ini…hahahaha ! dan setelah itu masuk lagi seorang peserta, iya cewek lagi, tapi kali ini dia dengan tebal muka nyeletok keras sekali “eh kok ada cowok sih di sini !??”. Krik krik menatap mereka dengan poker face -____-. Setelah saya lihat printout di depan kamar, saya baru sadar kalau semua nama-nama yang ada di sana adalah nama cewek.. semuanya . what the name ! nama saya terjebak di antara nama-nama cewek -_- Panitia salah mengira. Kak, Ritsy Amansa itu cowok plis saya udah bosan mendengar guru yang mengabsen nama saya penuh dengan ke-typo-an menjadi “risty Amanda” dan lelah mendengar kalimat seperti “oh ritsy ini cowok ya? Saya kira cewek” dan sekarang salah kamar dan menerima kalimat dari salah seorang cewek “kok ada cowok sih di sini !?” dengan kerasnya +_+. Oke saya dipindahkan. Goodbye ladies goodbye happiness :’)
Saya berkemas-kemas dari kamar semula tadi, dan pindah ke kamar ujung. Di dalam kamar sudaha da 3 orang peserta cowok. Begitu saya masuk kamar, kreekk masuk kamar lalu …suasana hening. Iya hening sekali. Entah kenapa saya jadi takut +_+ suasana tidak serenyah di kamar cewek tadi. Sekilas saya melihat salah satu cowok duduk cool di kasurnya membaca buku. Putih, kacamata, rambut keras berdiri, sorot mata sinis, bengis. Dia layaknya psikopat berdarah dingin yang sedang melihat buku target korban mutliasi dan ketika ia menjalankan misinya, ia akan membunuh tanpa suara dan tanpa jejak di suatu malam yang hening. Mengerikan -_-. Saya berkenalan dan berjabat tangan dengan mereka sambil tersenyum renyah.. yahh tidak sepenuhnya bisa dibilang berkenalan sih sebenarnya karena begitu mereka menyebutkan nama, saya langsung buyar dan lupa nama mereka , lagi …gaya berkenalan mereka formal bangeeett dan setelah berkenalan suasana kembali hening dan dingin. Mereka kembali ke dunia masing-masing terlebih si psikopat cool membaca kembali buku target korbannya.  Saya memilih salah satu ranjang yang masih kosong, menata-nata perlengkapan yang saya bawa. Nah karena tidak ada kerjaan, saya sambil bersantai sedikit menikmati ranjang. Sedikit-sedikit sambil saya lihat mereka cowok-cowok yang ada dalam satu ruangan itu. Mereka sangat sibuk membaca dan belajar, terlebih si psikopat berdarah cool itu. Saya cemas, lalu mengeluarkan buku khusus statistika juga dan sok membaca dan menganalisis rumus-rumus padahal saya tidak begitu mengerti -_-. Suasana masih hening dan dingin. Mengapa saya harus satu kamar dengan mereka yang sok cool begini --“

Inilah dunia di luar semesta yang sehari-sehari saya pijaki. Inilah orang-orang yang hidup di dalamnya. Inilah kekuatannya. Saya harus lebih bisa melihat secara dewasa dan berani kepada semesta lain. Harus lebih siap untuk semua hal-hal yang dirasa baru. Perjuangan tidak berhenti pada satu semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar