Jumat, 30 Januari 2015

Semesta Perjuangan dalam Putih Abu-abu (Part 2)

                                                    Semesta Asing
Tiktok tiktok bismillah … masih dalam minggu minggu sebelumnya, minggu yang sama di mana resolusi pada alamat dunia maya masih saling bertautan. Blog … Ya semua tentang menulis. Ini minggu keempat saya menulis untuk kehidupan yang lebih baik (?) hehe … tidak perlu panjang lebar berbasa basi, di minggu keempat ini saya akan melanjutkan tulisan saya di minggu lalu “Semesta Pertama”
Setelah diumumkan 4 tim yang lolos dari region Palangka Raya ke babak semifinal, di antaranya 2 tim dari smada tentu kami semua harus bekerja keras untuk bersaing untuk tahap selanjutnya. Kali ini semua pesertanya dalam region nasional. Kami harus berhadapan dengan tim-tim lain dari luar region kami. Tentu saja mereka semua yang ada di luar jauh lebih hebat, lebih professional, lebih mapan, lebih jenius. Ini tidak bisa dihindari walau jujur saya sempat takut untuk berkompetisi tingkat nasional di babak semifinal ini. Ya harus kami lewati kami hadapi sepenuh hati dengan segenap kemampuan yang ada pada kami.
Persiapan demi persiapan terus kami jalani. Kami … saya, Rio, Rizky  dan Vitalis terus belajar mempersiapkan apa yang akan diterjang di depan sana, berhadapan dengan tim-tim kuat yang berada di luar pulau Kalimantan. Tidak, ini tidak seperti perlombaan olimpiade matematika biasa. Yaa ini adalah statistika di babak semifinal. Buku yang harus dipersiapkan adalah buku khusus statistika yang hanya bisa didapatkan di kampus sebagai buku paket atau diktat bagi mahasiswa. Kali ini perlombaan diperbolehkan menggunakan kalkulator. Saya sempat bingung, mengapa diperbolehkan ? dalam suatu sudut pandang artinya soal-soal yang akan kami kerjakan nanti tidak hanya menghitung. Ya bisa dibilang menghitung hanya proses sepele saja, karena pakai kalkulator mungkin soal yang akan kami kerjakan nanti adalah basic nya soal-soal logika dan analisis sebagai seorang statistikawan yang membaca grafik dan menyusun data. Hitung menghitungnya hanya sebagai proses pertama, setelah mendapatkan data angka yang dibaca oleh kalkulator, maka kita menganalisisnya. Mungkin (?) begitulah gambaran sementara kami berempat membayangkannya.
Hari demi hari kami terus belajar seluk beluk statistika, banyak sumber yang kami telusuri untuk persiapan. Ternyata dan ternyata, di semifinal ini setiap tim dari masing-masing region juga harus menyiapkan mading bertajuk statistika untuk dipamerkan di ITS Surabaya. Kami sempat bingung, di saat kami harus mempersiapkan diri kami juga harus membuat mading. Mading itu bisa 2D ataupun 3D. Tidak ada waktu untuk membuat mading karena kesibukan mempersiapkan diri secara akademik. Karena itu, kami dan pihak sekolah pun meminta tolong kepada salah satu rekan smada yang pandai menggambar. Ia pun telah berprestasi sampai nasional untuk bidangnya ini. Fix Beban berkurang.
Singkat cerita, hari keberangkatan pun tiba. Berangkatlah Kami berempat di dampingi oleh salah satu staf Pembina olimpiade smada yang sangat popular, Pak Giyanto atau akrabnya dipanggil Mastok. Di bandara, kami melihat hasil babak penyisihan kemarin dari semua regional dari handphone Rizky. Kami melihat, Rata-rata di pulau jawa nilai babak penyisihannya berkisar 200an, dan yang 150an gugur tersisih karna saking banyaknya yang nilainya berkisar 200. Sementara nilai di region Palangka Raya, nilai 4 tim yang lolos ke babak semifinal hanya berkisar 80an saja. What the fact ! dari sana saya melihat sisi positif melihat nilai kami yang hanya 80an itu… 80an bukan nilai yang menjadi juru kunci. Yaa mungkin juru keamanan berseragam putih dengan kumis dan pentungan  -__-. Ya posisi kami hampir terbawah. Ya kami semua hanya bisa menghela nafas dan tetap berlomba apapun nanti hasilnya X) . Ya jujur saya tidak menaruh harapan untuk bisa menang, kami semua berpikir begitu. Kami berpikir.. agar sebisa mungkin untuk tidak menjadi juru kunci. Menyedihkan
Sampailah kami di Surabaya. Kami langsung ke asrama haji Surabaya, menginap di sana. Kamar-kamar beserta printout nama yang akan menempati di kamar telah di tempel di masing-masing pintu. Saya menemukan kamar saya. Rio dan Rizky terpisah dari saya, mereka satu kamar yang berjarak beberapa pintu kamar dari kamar saya.
Saya orang pertama yang masuk dalam kamar lalu memilih tempat tidur. Beberapa saat, seseorang masuk dalam kamar saya, tak salah lagi ia salah satu peserta. Dan dia CEWEK. Wah beneran ya saya satu kamar dengan cewek ? -__- ia juga sempat bingung dan melihat lagi di pintu pada susunan nama printout seraya menggaruk-garuk kepalanya. Tidak salah, di sana ada namanya. Tidak lama setelah itu, seorang peserta juga masuk dalam kamar saya. Dan ia cewek lagi. Mereka bingung, saya lebih bingung. Datang lagi peserta baru, lagi-lagi cewek. Kami sama-sama sungkan dalam kebingungan karena merasa saling asing. Kok bisa ya ? menyenangkan sekali babak semifinal ini…hahahaha ! dan setelah itu masuk lagi seorang peserta, iya cewek lagi, tapi kali ini dia dengan tebal muka nyeletok keras sekali “eh kok ada cowok sih di sini !??”. Krik krik menatap mereka dengan poker face -____-. Setelah saya lihat printout di depan kamar, saya baru sadar kalau semua nama-nama yang ada di sana adalah nama cewek.. semuanya . what the name ! nama saya terjebak di antara nama-nama cewek -_- Panitia salah mengira. Kak, Ritsy Amansa itu cowok plis saya udah bosan mendengar guru yang mengabsen nama saya penuh dengan ke-typo-an menjadi “risty Amanda” dan lelah mendengar kalimat seperti “oh ritsy ini cowok ya? Saya kira cewek” dan sekarang salah kamar dan menerima kalimat dari salah seorang cewek “kok ada cowok sih di sini !?” dengan kerasnya +_+. Oke saya dipindahkan. Goodbye ladies goodbye happiness :’)
Saya berkemas-kemas dari kamar semula tadi, dan pindah ke kamar ujung. Di dalam kamar sudaha da 3 orang peserta cowok. Begitu saya masuk kamar, kreekk masuk kamar lalu …suasana hening. Iya hening sekali. Entah kenapa saya jadi takut +_+ suasana tidak serenyah di kamar cewek tadi. Sekilas saya melihat salah satu cowok duduk cool di kasurnya membaca buku. Putih, kacamata, rambut keras berdiri, sorot mata sinis, bengis. Dia layaknya psikopat berdarah dingin yang sedang melihat buku target korban mutliasi dan ketika ia menjalankan misinya, ia akan membunuh tanpa suara dan tanpa jejak di suatu malam yang hening. Mengerikan -_-. Saya berkenalan dan berjabat tangan dengan mereka sambil tersenyum renyah.. yahh tidak sepenuhnya bisa dibilang berkenalan sih sebenarnya karena begitu mereka menyebutkan nama, saya langsung buyar dan lupa nama mereka , lagi …gaya berkenalan mereka formal bangeeett dan setelah berkenalan suasana kembali hening dan dingin. Mereka kembali ke dunia masing-masing terlebih si psikopat cool membaca kembali buku target korbannya.  Saya memilih salah satu ranjang yang masih kosong, menata-nata perlengkapan yang saya bawa. Nah karena tidak ada kerjaan, saya sambil bersantai sedikit menikmati ranjang. Sedikit-sedikit sambil saya lihat mereka cowok-cowok yang ada dalam satu ruangan itu. Mereka sangat sibuk membaca dan belajar, terlebih si psikopat berdarah cool itu. Saya cemas, lalu mengeluarkan buku khusus statistika juga dan sok membaca dan menganalisis rumus-rumus padahal saya tidak begitu mengerti -_-. Suasana masih hening dan dingin. Mengapa saya harus satu kamar dengan mereka yang sok cool begini --“

Inilah dunia di luar semesta yang sehari-sehari saya pijaki. Inilah orang-orang yang hidup di dalamnya. Inilah kekuatannya. Saya harus lebih bisa melihat secara dewasa dan berani kepada semesta lain. Harus lebih siap untuk semua hal-hal yang dirasa baru. Perjuangan tidak berhenti pada satu semesta.

Jumat, 23 Januari 2015

Semesta Perjuangan dalam Putih Abu-abu (Part 1)

Semesta Pertama
Tiktok tiktok. .. Bismillah .. ini adalah minggu ketiga saya ngeblog setelah dua postingan saya di minggu pertama dan minggu kedua berisi  … yaa kurang lebih seperti pelajaran pada proses  kehidupan yang memberatkan mata muda ini. Hehe .. Tak apa sih ya itulah sesuatu yang hanya bisa dilihat setelah semuanya berlalu begitu saja dan mengambil pelajaran dari sana. Sesuatu itulah yang sangat memberatkan pikiran dan tubuh untuk terus memaksa mental menerjang semua liku-liku tersebut. Jika dipikir hidup ini tidak akan bermakna jika tidak ada tekanan yang mengajarkan arti sesungguhnya dari perjuangan, maka biarlah tekanan serta hal-hal yang membuat kita sibuk tersebut menjadi warna-warna kekuatan yang terpancar di dalam diri ini. Membiarkannya bersemayam, memenuhi secara perlahan dan mendarah daging dalam setiap langkah kita di atas sebuah perjuangan.
Oke kali ini cukup saya menulis tentang kehidupan dan bla bla bla dan bla bla bla nya .. nanti lagi jika ada yang inspirasi renyah dalam kepala. Nah sekarang saya ingin berbagi cerita pengalaman saya. Yaah meski tak jauh-jauh dari khotbah yang memberatkan mata pada postingan dua minggu ke belakang namun ini bedanya versi cerita … hehe
Bermula pada kecintaan saya kepada ilmu eksak hitung-menghitung dengan angka sebagai pemeran utama dalam semestanya, saya selalu dibuat jatuh hati kepada  sebuah keindahan solusi atas permasalahan dalam matematika. Hal tersebut terus membuat saya semakin berpikir sistematis mencari solusi dalam sebuah permasalahan yang ditemui. Terpikirkah … bahwa jika kita menyelesaikan satu soal matematika saja yang sesuai dengan bobot di dalam diri, di sana terdapat banyak hal-hal penting yang tidak bisa dilihat begitu saja. Lihat lebih dalam , rasakan dan nikmati perlahan-lahan. Matematika mengajarkan saya banyak hal. Semesta tentang matematika tidak hanya membicarakan tentang bagaimana kita mengerjakan soal-soalnya saja. Ketahuilah … semua itu mengajarkan seberapa keras kepalanya kita terus mencoba mencari jalan keluar, seberapa kita tahan untuk sebuah tekanan dan terus berpikir untuk memecahkannya, seberapa kita untuk terus memaksakan pikiran dalam mencari jawaban, serta seberapa kita berani untuk terus berbuat kesalahan pada suatu masalah lalu belajar dari kesalahan tersebut untuk menemukan solusi yang benar dan tepat.
Karena semua hal yang saya lihat dari matematika inilah saya sering terjun ke sebuah dunia kompetisi yang disebut olimpiade. Alhamdulillah saya sudah lumayan banyak pengalaman dalam dunia olimpiade ini … Yaah walau hanya 3 kali saja saya berlomba di nasional dan melihat betapa luar biasa jenius orang-orang dari luar pulau. Dari SMP, saya bercita-cita untuk menjadi peserta OSN (Olimpiade Sains Nasional) untuk bidang matematika. Dan di SMP saya gugur di tingkat Provinsi. Tentu depresi melihat saya masih banyak kekurangan. Nah OSN terakhir saya pada masa sekolah berseragam ini di SMA, saya akan mencoba OSN lagi dan akan memastikan saya pergi ke nasional sebagai peserta OSN tingkat nasional 2014.
Peringkat terbaik yang pernah saya raih secara pribadi hanya pada peringkat 108 dari seluruh Indonesia dan peringkat 82 sewaktu saya satu tim dengan salah satu senior jenius smada, Rio Rizky namanya. Nah saya akan bercerita kompetisi pertama bersama senior-senior saya.
Sejak kelas 10 saya telah menjadi peserta inti sekolah untuk duta matematika di sekolah saya bersama senior-senior yang saya kagumi. Mereka adalah Rio Rizky Ramadhani, M. Rizky Adha dan Vitalis Talenta. Kerap kali Saya, Rio dan Rizky dijuluki sebagai “Tripel R Smada” karena dalam setiap perlombaan kami selalu menjadi rekan dalam persaingan dan dalam sebuah tim. Telah banyak perlombaan dan bimbingan saya ikuti bersama mereka.
Dalam proses OSN 2013 bersama mereka, di tengah-tengahnya terdengar kabar adanya lomba Station 2013. Itu adalah lomba Statistika yang diselengkarakan oleh ITS (Institut Teknologi 10 November) tingkat Nasional di Surabaya. Palangka Raya menjadi salah satu region terpilih untuk mengikuti ajang perlombaan Station 2013. Dalam tempo waktu 3 hari saja persiapan untuk penyisihan region dan saya lihat materi-materi untuk penyisihan rata-rata adalah materi kelas 11 dan kelas 12. Sial saya harus mengejar materi-materi itu resiko menjadi junior. Untuk pengerjaan soalnya masing-masing sekolah mengirimkan tim-tim nya untuk bersaing dalam satu region Palangka Raya. Smada mengirimkan 4 Tim dan saya satu tim dengan Rio, Bu Yosa yang menjadi salah satu staf Pembina olimpiade matematika smada yang memilih pasangan dalam satu tim itu. Perlombaan pun dimulai. Penyisihan region diselenggarakan di Smada sebagai tuan rumah untuk region Palangka Raya. Waktu satu setengah jam untuk mengerjakan 50 soal penyisihan Station. 50 soal tersebut setara olimpiade. Susah … iya sangat susah. Setengah soalnya berbahasa inggris. What the soal ! berpikir dalam bahasa rutin yang saya mengerti pun susah. Tahukah bagaimana Rio di depan soal tersebut ? Keep calm bro. Dia orang yang tenang, hening dalam raganya namun terus bekerja di dalam pikirannya. Saya telah menyiapkan kertas coretan banyak sekali untuk mengerjakan soal karena saya perlu ruang yang leluasa untuk mencoret dan berpikir di sana. Saya bagikan kertas coretan itu kepada Rio untuk mengerjakan dan berpikir di sana juga. Tahukah ? sementara saya menghabiskan banyak coretan di kertas, Rio hanya memakai tidak lebih dari ¼ halaman. What the Rio ! untuk 50 soal setara olim dan setengahnya adalah bahasa inggris dia hanya memerlukan “Tidak Lebih Dari ¼ Bagian Halaman Kertas” -______-. Dan ketika dia menjawab soal tentang analisis himpunan, di sana ada 10 baris kalimat berbahasa inggris panjang lebar, tanpa coretan dan tanpa mengulang membaca soal dalam bahasa asing tersebut, dengan gayanya yang keep calm itu dia langsung menandai jawaban yang benar pada alternative A B C D E. What the Rio again -__-. Untunglah saya tidak menjadi ratik di sampingnya, setengah dari soal juga saya yang mengerjakan. Cukup berpuas diri.
Seusai perlombaan, Kami semua diarahkan ke Lab Kimia untuk mengikuti sosialisasi sembari menunggu hasil babak penyisihan region untuk maju ke babak semifinal yang diselenggarakan langsung di ITS Surabaya. Kakak-kakak dari ITS memperkenalkan fakultas matematika terapan ini. Tak lama setelah itu, terlihat kakak-kakak yang lain masuk ke ruangan dengan beberapa kertas jawaban tes di tangannya. Saya sudah menduga kertas-kertas jawaban itulah yang lolos ke babak semifinal di ITS Surabaya nanti. Ya, berdebar-debar … rasanya saya juga menaruh harapan untuk bisa lolos ke semifinal karena suatu alasan tersirat saya ingin naik pesawat karena baru sekali saja saya naik alat transfortasi itu. Hehehe. Pengumuman …. Yang lolos pertama adalah dari smada : tim Rizky Adha dan Vitalis Talenta. Lolos kedua tim dari SMA5 : Rainhart dan Toha. Mereka berdua adalah teman saya sewaktu SMP di SMP negeri 2 Palangka Raya, dan saya tahu persis Rainhart itu adalah Rio di generasiku. Lolos ketiga adalah tim dari MAN Model : Adit dan si “Dia” (saya lupa nama rekan yang satu ini). Lalu lolos keempat…. Akhirnya disebutkanlah dari smada, tim saya. Ya tim saya..saya dan Rio. Syukur Alhamdulillah hanya persiapan 3 hari saja dapat tembus ke babak semifinal.

Syukur Alhamdulillah … Proses yang telah kami lalui ini mengantarkan kami ke babak semifinal. Walau hanya 3 hari namun waktu itu digunakan dengan sebaik mungkin dan didorong oleh kekuatan Doa. Saya juga mendapat sesuatu yang berarti … bahwa “sebuah proses yang terjal jika dilakukan terus-menerus tanpa memikirkan itu berat atau ringan hanya tinggal kita jalani saja, kita akan terbiasa menjadi luar biasa dan terus menjadi lebih kuat dari proses tersebut”.  

Sabtu, 17 Januari 2015

Berhati Makkah, Berotak Jerman dan Beretos Kerja Jepang

                    Bismillah.. tes tiktok tiktok. Oke ini minggu kedua saya ngeblog dan akan melanjutkan postingan saya minggu lalu yang mengulas tentang proses kehidupan… yaa kurang lebih seperti itulah tema postingan saya. Ya walau bisa dibilang itu bacaan yang sedikit berat untuk mata dan pikiran di usia muda ini. Hehe… nah sekarang pun saya ngeblog dengan tema yang sebelas duabelas dengan postingan saya di minggu lalu. Saya akan membahas bagaimana kita membangun karakter. Tentu karakter ini bersifat individu, yang akan menjadi pondasi dalam diri sendiri tanpa terkecuali, bukan untuk orang banyak, tapi untuk diri kita sendiri. Kemampuan yang dapat dimiliki oleh masing-masing dari kita secara individual untuk menjadi seseorang yang terus menerus dapat menciptakan karya, yang senantiasa membangun hal-hal yang luar biasa dipandang mata, yang membuahkan keajaiban dipandang semesta, yang membiasakan hal-hal sukar untuk dikerjakan, untuk yang biasa luar biasa.
            Sebagai seorang manusia, kita dikaruniakan akal dan pikiran, insyaAllah yang paling baik dan yang paling terpuji , mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dilihat dari beberapa ungkapan tersebut, manusia terkesan makhluk yang unggul dan makhluk yang paling disempurnakan. Namun tidak semua manusia mau memanfaatkan kelebihan-kelebihan itu. Adapun   manusia terlena akan nikmatnya rutinitas kemalasan hingga lupa belajar dan bekerja. Cobalah lihat betapa luar biasanya diri kita jika saja kita tidak terlelap pada nikmatnya kemalasan. karena pasti kita bertemu dengan waktu dan keadaan tertentu, kapan kita akan tidur dan kapan kita akan bangun, yang akan mengukur kualitas yang kita punya. Untuk menjadi manusia  berkualitas, terdapat tiga hal yang dapat kita lakukan
            Pertama, berhati Makkah, artinya hati yang senantiasa dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa , hati yang paling baik, yang paling terpuji. Inilah yang menjadi pondasi utama sebuah kualitas diri. Hati yang suci dan bersih, yang selalu berada pada nuansa keterpujian dan kebaikan. Di sinilah tempat terbentuknya akhlak serta niat yang sebaik-baiknya. Akhlak yang sempurna datang dari hati yang sempurna, niat yang sebaik-baiknya datang dari hati yang penuh dengan kebaikan di dalamnya karena di sini pulalah inti dari segala sesuatu yang paling baik terlahir. Kekayaan yang paling besar adalah kekayaan hati, luaskan batas-batas hati karena hati yang luas akan senantiasa mampu untuk menampung suatu hal-hal yang seperti apa saja terjadi. Sesuatu yang kita sebut kesabaran itu sebenarnya tidak terbatas, kitalah yang menjadi batas itu. Jadi luaskan batas, kaya rayakan kesyukuran dan selalu dekatkan hati ini dengan do’a agar semua yang sempit dapat terasa luas, agar semua yang terasa pahit dapat berubah manis, dan semua yang kurang menjadi tercukupi.
            Kedua, berotak Jerman, artinya berpikir cerdas. Perlu kita ketahui, ilmu itu sungguhlah luas, sungguhlah bermanfaat dan sungguh indah, maka dari itu manusia mempelajarinya. Semakin Ia mempelajari ilmu pengetahuan, ia akan semakin cerdas, handal, dan ilmu pengetahuan membuat diri kita mapan dan berwibawa tanpa kita sadari. Ingatlah definisi cerdas itu juga luas. Bantahlah definisi 5+5 harus 10 dengan bakat dan kualitas kita agar menjadi berapa ditambah berapa bisa sama dengan 10. Kita punya pilihan, kita punya banyak jalan untuk menempuh angka 10 itu, Kita punya cerdas kita masing-masing, sebuah angka kehidupan untuk perjalanan ini, sebuah nilai mutlak yang membicarakan semesta tentang kecerdasan yang kita ciptakan sendiri. Kecerdasan bukan didapat, tapi diraih. Kecerdasan bukan dilahirkan, tapi diciptakan. Tidak ada manusia yang tidak cerdas, yang ada hanyalah yang tidak mau cerdas. Maka dari itu, kembangkan kecerdasan kita, ciptakan sebuah pikiran termasyur, latih dan terus berlatih, belajar dan terus belajar agar kecerdasan itu semakin baik serta dapat bermanfaat untuk kepentingan orang banyak, yakni rakyat Indonesia dan dunia.
            Dan yang ketiga adalah beretos kerja Jepang, artinya bekerja keras. Hidup adalah semua tentang perjuangan dan kerja keras agar kehidupan kita berkualitas serta bernilai. Tidak ada sesuatu yang mudah, karenanya kita harus bekerja keras untuk meraih apa yang hendak kita capai, kecerdasan pun didapat karena kerja keras. Kita punya pilihan terhadap jalan yang akan kita tempuh untuk menjadi luar biasa lewat kerja keras yang luar biasa pula. Kita adalah manusia luar biasa, kita juga harus bekerja dengan luar biasa, karena sesuatu yang besar datang dari kerja yang besar. Maka dari itu hendaklah kita selalu bekerja keras, biasakan diri untuk menempuh jalan yang demikian karena dengan begitu kekuatan di dalam diri akan terus terjaga kokohnya.
             Ketiga hal inilah yang mendasari kebaikan di dalam diri manusia. Ketiganya juga tidak bisa dipisahkan jika kita ingin membangun pribadi yang penuh dengan kebaikan. Jika kita cerdas, dan bekerja keras tetapi tidak mempunyai hati yang senantiasa dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, niat yang baik, serta akhlak yang mulia, maka kebaikan yang ada di dalam diri kita masih belum sempurna. Karena hati yang suci adalah hati yang terus memanjatkan do’a kepada Tuhan, karena kecerdasan datang dari hasil kerja keras, karena pekerjaan yang baik adalah pekerjaan dengan niat yang sebaik-baiknya, maka kita sebagai manusia yang penuh dengan kebaikan tentu akan mengamalkan ketiga hal tersebut, yaitu berhati Makkah, berotak Jerman dan Beretos kerja Jepang.
              Akhir kata, jika hidup diibaratkan sebagai kesempatan, maka manfaatkanlah kesempatan itu dengan sebaik-baiknya karena kita tidak tahu kapan kesempatan itu akan berakhir. Kita adalah berlian dan permata masa depan yang kelak akan berkilau di tempat kita masing-masing. Maka dari itu, belajarlah kita dengan sangat baik, bersabarlah dengan sangat baik, berkarakterlah kita dengan sangat baik serta berpendidikanlah kita dengan sangat baik. InsyaAllah, kita semua akan berhasil bersama dengan mudah. Sukses seperti matematika yang prosesnya melelahkan, tapi pada akhirnya kita memperolah satu jawaban, yaitu keberhasilan. Sukses hanya sebuah kata yang sederhana, namun kebahagiaan meraihnya luar biasa. It’s your choice, it’s your way, it’s your future it’s your self. Keep spirit, don’t give up, be 100%, let’s do it, don’t quit, wake up and be awesome.




Selasa, 06 Januari 2015

Kekuatan, Ketabahan, Keikhlasan, Keyakinan, dan Ketulusan

Tiktok tiktok. Bismillah.. Dalam tulisan ini saya akan membahas mengenai kekuatan, ketabahan, keikhlasan, keyakinan dan ketulusan. Pelajaran hidup ini saya dapat dari semua proses yang telah saya lalui dan juga dari Guru saya yang senantiasa membakar semangat dalam kelas.
Sebelumnya, Di sini saya akan sedikit bercerita tentang kehidupan yang baru-baru saja saya jalani, kurang lebih berkisar satu tahun. Januari pada resolusi 2014 dan sekarang telah bertemu lagi Januari pada resolusi 2015. Ini adalah tentang sesuatu yang sulit, yang dirasa sangat jauh namun dekat, dan sepertinya mustahil. Mengapa? Karena sampai sekarang saya belum berhasil menemukan hasilnya setelah lama berjuang dan jujur untuk hal yang dipandang remeh, saya bahkan terkejut bisa seberjuang ini, bisa sampai sejauh ini. Jangan menyerah, terus coba terus coba dan terus coba, jangan mundur jangan mundur terus mencoba. Pertaruhkan semuanya..yang ada pada diri saya sendiri, bahkan yang terpenting. Ya saya melakukannya karena saya melihat sesuatu yang jauh lebih penting … bukan, itu bukan hanya penting ... itu adalah segalanya. Namun tahukah? saya selalu gagal dalam bertaruh setelah sekian lama berjuang dalam waktu yang sangat melelahkan, meskipun saya tak merasa lelah untuknya. Ya, terkadang saya juga harus menompang diri saya sendiri untuk bangkit dari semua ini, kegagalan ini. Saya selalu bilang “ini bukan saatnya kalah”, jadi saya tetap bertaruh. “ini bukan saatnya kalah”, dan saya akan tetap bertaruh. “ini bukan saatnya kalah”, namun saya masih bertaruh.
Tidak…tidak sesederhana itu. Setelah semua ini, tak jarang saya mengalami mental yang sangat down, batin yang mendalam, dan berbagai hal-hal yang tentu saja tidak akan dirasa mudah dan nyaman untuk melewatinya. Sering saya merasa depresi mengapa semua ini perlu terjadi, saya pun tidak tahu apa yang salah dengan diri saya, proses saya pun telah sangat keras saya jalani, tidak main-main. Apa yang salah ? Tentu ada banyak hal yang telah saya lakukan untuk ini untuk sampai pada titik ini, dan tahukah? hal-hal yang saya lakukan sampai sekarang tidak berhasil. Gagal…Menyedihkan
Namun tahukah ? Saya berhasil keluar dari depresi itu. Sampai sekarang saya masih berharap akan hal itu, saya yakin dengan itu, saya selalu percaya akan itu, dan saya akan menggenggam kuat-kuat itu. Saya masih terus berjuang dan terus bertaruh pada sejuta kegagalan yang saya alami, tidak peduli seberapa sakitnya diri ini tapi saya merasa ini masih belum cukup belum sempurna belum sampai pada batas yang saya punya untuk menempuh semua ini. Sejauh ini, saya tetap bertahan, saya tetap berjalan di atas semua tumpukkan kegagalan untuk terus maju. Kegagalan itu adalah bentuk dari proses yang gugur setelah berjuang. Tidak, mereka tidak mati karena gugur. Mereka semua tetap hidup, semua kegagalan itu. Saya terus menyimpannya dan saya terus belajar dan belajar dari sana. Merekalah tumpukan harta karun untuk terus berjuang seperti ini.
Nah, karena sampai sekarang saya terus bertahan, masih berjuang dan sampai saat ini juga belum berhasil, namun tahukah? Saya berhasil dalam hal yang lain. Karena saya belum berhasil sampai sekarang akan hal yang saya perjuangkan itu, saya mendapatkan sesuatu yang berharga dari proses yang saya lalui.
Kekuatan… ketabahan… keikhlasan… keyakinan... ketulusan
Semua hal tentang kekuatan, ketabahan, keikhlasan, keyakinan dan ketulusan yang saya dapatkan itu.. semuanya saya dapatkan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, menjadikan saya manusia yang sekarang, menjadikan saya manusia yang kuat, sekuat-kuatnya diri saya sekarang ini. Ya saya pikir jika saya berhasil dalam waktu yang sebentar dalam proses yang sangat mudah, proses yang hanya tau jalan lurus saja tanpa ada terjal dan liku-likunya, maka saya tidak akan bisa sampai menjadi seperti ini. Saya merasa menjadi manusia yang baru, diri yang baru, yang lebih baik, yang lebih terpuji, yang senantiasa menanamkan kebaikan kepada diri saya sendiri dan untuk semuanya dengan kemampuan yang saya punya.
Di sini saya tersadar akan beberapa hal yang tidak saya lihat sebelumnya. Tahukah.. iya, kita tidak tahu dalam hal apa yang sebenar-benarnya yang terbaik untuk diri kita, bahkan setelah banyak yang telah kita korbankan, kita tangiskan, kita perjuangkan. Tuhan tidak memberi yang kita inginkan, tapi memberi apa yang kita butuhkan. Ia member saya tujuan dengan proses yang sangat melelahkan ini. Jika proses yang saya lalui hanyalah sebatas ingin nyamannya saja, mudah, lurus tanpa ada liku-liku, maka ini semua tidaklah berarti, saya tidak bertujuan. Ia juga membuat saya mengerti tentang keadaan yang tidak saya lihat, keadaan di mana saya harus mengerti dan memahami semuanya, bukan hanya tentang diri saya sendiri. Ialah MahaTahu, Ialah MahaMelihat.
Saya rasa… saya sebenarnya memang memerlukan kekuatan untuk menjalani semua ini. Kekuatan di mana saya akan terus berjuang, terus maju, apapun halangan apapun resiko dan bagaimanapun terjalnya jalan yang akan saya lalui. Sebuah pisau akan sangat tajam jika terus diasah pada permukaan yang kasar, semakin kasar maka akan semakin tajam, bukan pada sesuatu yang mulus. IYA itu tidak mudah IYA itu menyiksa IYA itu menyakitkan. Namun kekuatan yang tercipta atas semua yang menyiksa itulah mata pisau yang sebenar-benarnya. Tidak akan lari pada sebuah persoalan, saya akan terus menghadapinya. Itulah kekuatan. Karena dari semua inilah, saya juga belajar arti sabar dan tentang keikhlasan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Inilah jalan yang saya tempuh, inilah jalan yang saya lalui. Saya dididik dengan cara seperti ini. Karena semua inilah, maka Lahirlah sebuah keikhlasan akan proses yang saya perjuangkan ini. Iya, saya tahu saya belum berhasil namun saya ikhlas menjalaninya. Saya telah seberjuang ini, saya telah mencapai titik ini, dan saya ikhlas dan sangat tulus untuk semua ini. Apapun hasilnya, apapun ujung dari proses ini yang menghentikan semua abu-abu yang dijalani ini… Karena saya telah jatuh bangun, tidak peduli apakah abu-abu tersebut dapat berubah menjadi putih atau hitam, saya ikhlas dan saya tetap percaya pada semua rencana-rencana takdir. Saya percaya bahwa hasil yang saya dapatkan dari semua ini tidak akan pernah mengkhianati semua proses yang saya jalani ini. Kegagalan ini, luka ini, kesedihan ini, beban ini, air mata ini … saya relakan dengan hati yang mengikhlaskannya. Sebenar-benarnya saya pada proses ini, saya tetap tidak tahu apa yang terbaik untuk diri saya. Biarlah semua mengalir, biarlah saya tetap pada jalan ini, biarlah saya tetap pada keyakinan ini, biarlah saya diasah pada batu-batu yang paling kasar sekalipun. Namun ketahuilah … saya tetap teguh berjuang tak peduli bagaimana hal-hal yang mencoba menjatuhkan. Hanya semata-mata saya ingin egois melakukan semua itu atas dasar keinginan saya, kekuatan saya, sebab-akibat yang akan saya pikul sendiri dan saya ikhlas lahir batin apapun yang menentukan abu-abu di jalan saya ini.
Jangan menyerah, teruslah bersabar, dan tetapkan hati pada keikhlasan dan ketulusan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Jika semua ini yang terbaik, maka saya akan merelakannya. Namun, Satu hal yang tidak akan pernah saya lupa … saya akan terus mengingat bahwa saya pernah setulus ini pada sebuah perjuangan. Sekian.